Ibuku bernama Feliyani. Ia Lahir pada tanggal 16 Februar1965 disebuah kota yang dekat dengan pesisir pantai, kota tersebut barnama Pangkal Pinang. Beliau bearsal dari seorang ayah yang asli pribumi Bangka dan seorang ibu yang merupakan orang Tionghoa.
Semasa mudanya ibuku mempunyai prestasi yang sangat bagus, baik dalam bidang kesenian maupun keagamaan. Prestasi itu diantaranya, pada waktu kelas 3 SD ia sudah pandai membaca Al-Quran denga tajwid-tajwidnya, di kelas 5 SD Ibuku mengikuti kegiatan Qosidahan dan binamusika. Di samping itu, di kelas 5 SD Ibuku juga mendapatkan Rangking 1 di kelasnya.
Hingga menginjak kelas 1 SMP selain mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya (terutama di bidang seni yaitu vokal group dan seni tari), ibuku juga masuk sebagai anggota drumband yang dimiliki oleh perusahaan PT. Timah, Bangka. Dan ketika ibuku dipilih sebagai mayoretdi dalam drumband tersebut karena kepiawaiannya memainkan tongakat dan memimpin barisan. Ibuku memainkan tongkat seakan-akan tongkat itulah yang hidup dan mengikuti gerak tangannya. Hingga akhirnya dia berhenti sebagai mayoret pada saat kela 3 SMA karena alas an tertentu.
Setelah tamat SMA ibuku hijrah ke Jakarta bersama kakaknya dan tinggal di daerah Jelambar, Komplek Perhubungan, Jakarta. Di Jakarta Ibuku mengikuti kursus akutansi di YPAMI dan setiap minngunya ibuku mengikuti kegiatan remaja masjid.
Di tempat itulah ibuku berjumpa dengan seorang laki-laki bernama Edi Kuncoro (yang sekarang adalah ayah saya). Hal tersebut bermula dari ayah saya yang sering bermain ke rumah temannya yang kebetulan bersebelahan dengan tempat tinggal ibuku. Setiap ibuku pulang mengaji, Ibuku sering bertemu dengan ayahku. Hingga akhirnya merekapun saling berkenalan.
Setelah perkenalan tersebut, ayahku sering berkunjung ke tempat tinggal ibuku. Hubungan mereka ternyata diketahui oleh orangtua ibuku di Bangka. Mereka kurang setuju kalau ibuku mempunyai pacar orang Jakarta, terutama ayah dari ibuku. Beliau khawatir dan takut, kalau-kalau ibuku hanya dibuat main-main saja. Akhirnya Ibuku disuruh pulang ke Bangka oleh orangtuanya dengan alas an ayahnya sakit keras. Dan Ibukupun pulang ke Bangka.
Sesampainya di bangka ternyata ayah dari ibuku tidak sakit, hingga ibuku menjadi sangat kesal sekali karena merasa telah dibohongi. Hampir setiap hari ibuku menunjukkan sikap yang kurang menyenangkan kepada kedua orangtuanya. Dan ibuku berkata kepada mereka, bahwa ia akan kembali lagi ke Jakarta, akan tetapi hal tersebut tidak diijinkan oleh orangtuanya. Hingga akhirnya ayah dari ibukupun berkata : “Kamu boleh pergi ke Jakarta, asalkan pacarmu itu datang ke Bangka dan melamar kamu, baru Ayah izinkan. Tapi kalau kamu tetap berdikeras tetap pergi ke Jakarta lagi, terserah… tapi ketika kamu pulang ke Bangka nanti, kamu tidak akan melihat ayah lagi.” Akhirnya ibukupun mengungkan niatnya untuk pergi ke Jakarta. Ibuku dan ayahku masih berhubungan dengan mengirimkan surat.
Persis satu tahun sudah semenjak kepulangan ibuku ke Bangka. hingga suatu hari ayahnya mendadak jatuh sakit dan penyakitnya tersebut menyebabkan beliau meninggal dunia. Dan dengan penuh haru, ibuku mengabarkan peristiwa tersebut kepada ayahku yang berada di Jakarta. Berselang 40 hari kemudian, akhirnya ayahku datang bersama kedua orangtuanya untuk melamar ibuku. Dan pada tanggal 9 Maret 1989 mereka berdua melangsungkan pernikahan di Bangka.
Setelah dua minggu ayahku berada di Bangka, akhirnya ibuku diboyong keJakrta dan tinggal bersama orangtua ayahku. Setelah dua bulan kemudian mereka berpindah ke rumah mereka yang terletak di perumahan Taman Wisma Asri, Bekasi. Dan Pada tahun 2002 kami sekeluarga pindah rumah ke perumahan Pabuaran Asri Cibinong, Bogor hingga sekarang. Mereka berdua hidup dengan rukun dan damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar