Judul Cerpen : Amal tanpa ilmu, bagai sayur tanpa garam !!
Penulis : Nashiyah
Sumber : http://cerpen.net/
Tanggal Posting : Rabu, 24 Desember 2008
Terkadang, amal tanpa ilmu adalah hambar. Benar-benar hambar, bagai sayur tanpa sambal..eh..garam maksudnya. Seperti suatu kisah dibawah ini. Tersebutlah di negeri Antah Berantah hidup
Pada suatu ketika dalam perjalanan pengembaraan, mereka merasa haus dan lelah. Akhirnya diujung desa mereka melihat ada sebuah surau kecil. Mataharipun sudah mulai condong ke ufuk barat pertanda sudah masuk waktu sholat Asar. Berkali-kali mereka mengucap syukur pada Tuhan. Kemudian mereka berlima memasuki surau itu bermaksud akan menunaikan sholat. Namun sebelumnya berwudhu dan memakai peralatan sholat masing-masing seperti sarung dan kopyah. Salah satu dari mereka ditunjuk sebagai imam, karena dirasa sudah paling mumpuni dan paling tua.
Mulailah mereka sholat Asar berjama’ah disurau kecil itu dengan seorang menjadi imam didepan dan empat yang lainnya menjadi makmum dibelakang. Belum selesai rakaat pertama, pemuda yang paling kanan merasa perutnya sedikit mulas. Dan sepertinya ada angin yang memaksa keluar dari dalam perutnya yang melilit. Berulang kali ditahannya angin itu agar tidak keluar dan tidak membatalkan sholat. Namun usahanya gagal, saat angin ‘bandel’ itu akhirnya keluar juga, namun tanpa bunyi. Hanya berupa desisan belaka. Dalam hati, pemuda itu membatin. ‘aduh, aku (maaf) kentut nih. Temenku dengar nggak ya? ‘Tapi ya namanya kentut, nggak ada suara bukan berarti nggak ada bau. Lalu teman yang sebelah kirinya menyenggol lengannya. ‘heh, kamu kentut ya?’ tanyanya sambil berbisik.‘sst..jangan keras-keras. Nanti yang lain denger. Iya nih, perutku melilit. Tapi nggak papa kali ya, nggak bunyi ini...’‘kamu sih, makan kebanyakan...jadi gini nih!!’ kata temennya lagi dengan agak jengkel.
Beberapa saat terjadi diskusi kecil dalam sholat rakaat pertama antara pemuda paling kanan dan sebelah kirinya. Pemuda selanjutnya, (no.3 dari kanan) mendengar diskusi ‘tidak halal’ tersebut. Maksud hati sih, ingin mengingatkan agar tidak ramai. Mereka
Sinopsis Cerpen :
Terkadang amal tanpa ilmu, bagai sayur tanpa garam. Seperti suatu kisah.
Disuatu negeri, hiduplah 5 orang pemuda. Mereka semua sangat alim, mempunyai pedoman yang sama, dan manhaj yang baik. Namun, seperti pernyataan diatas, amal tanpa ilmu tiadalah guna.
Pada suatu perjalanan, tibalah mereka disuatu surau kecil di ujung desa. Karena sudah masuk waktu solat ashar, mereka hendak menunaikan ibadah sholat ashar di surau tersebut. Salah satu darimereka ditunjuk sebagai imam, karena dirasa paling mumpuni dan paling tua.
Sholat Ashar dimulai, dengan seorang imam didepan dan empat orang makmum lainnya dibelakang. Belum selesai rakaat pertama, masalahpun terjadi. Makmum paling kanan mengeluarkan kentut tanpa disertai suara. Namun tanpa suara, bukan berarti tanpa bau. Hal itu mengganggu teman yang ada disebelah kirinya, hingga menyebabkan temannya itu menegurnya. Setelah beberapa saat terjadi diskusi kecil diantara mereka, pemuda selanjutnya (no.3 dari kanan) ikut mendengar diskusi tersebut. Seperti amal tanpa ilmu tadi, maksud hati ingin mengingatkan untuk tidak ramai pada saat sholat berlangsung, pemuda tersebut malah menghardik kedua temannya tersebut dengan suara ditahan. Sesaat setelah pemuda ketiga tadi mengingatkan temannya, pemuda keempat tidak ikut berdiskusi dengan ketiga temannya karena merasa imannya tidak tergoyahkan. Tapi lagi-lagi karena kurang ilmu dan pengalaman, pemuda tersebut malah menyeletuk sendiri. Mendengar ada yang salah dengan para makmumnya, sang imam pun tidak mau ketinggalan. segera ia menoleh kebelakang dan berkata, “SSSTT!!! Jangan berisik, lagi sholat nih !!!”.
Terkadang, amal tanpa ilmu adalah hambar. Benar-benar hambar, bagai sayur tanpa sambal, eh garam maksudnya. Seperti suatu kisah dibawah ini. Tersebutlah di negeri Antah Berantah hidup
Pada suatu ketika, dalam perjalanan pengembaraan, mereka merasa haus dan lelah. Akhirnya di ujung desa mereka melihat ada sebuah surau kecil. Mataharipun sudah mulai condong ke ufuk barat pertanda sudah masuk waktu sholat Ashar. Berkali-kali mereka mengucap syukur pada Tuhan. Kemudian mereka berlima memasuki surau itu bermaksud akan menunaikan sholat. Namun sebelumnya berwudhu dan memakai peralatan sholat masing-masing seperti sarung dan kopyah. Salah satu dari mereka ditunjuk sebagai imam, karena dirasa sudah paling mumpuni dan paling tua.
Mulailah mereka sholat Ashar berjamaah disurau kecil itu dengan seorang menjadi imam didepan dan empat yang lainnya menjadi makmum dibelakang. Belum selesai rakaat pertama, pemuda yang paling kanan merasa perutnya sedikit mulas, dan sepertinya ada angin yang memaksa keluar dari dalam perutnya yang melilit. Berulang kali ditahannya angin itu agar tidak keluar dan tidak membatalkan sholat. Namun usahanya gagal, saat angin ‘bandel’ itu akhirnya keluar juga, namun tanpa bunyi, hanya berupa desisan belaka. Dalam hati, pemuda itu membatin, “aduh, aku (maaf) kentut nih. Temenku dengar nggak ya ?” Tapi ya namanya kentut, nggak ada suara bukan berarti nggak ada bau. Lalu teman yang sebelah kirinya menyenggol lengannya, ”Heh, kamu kentut ya?’ tanyanya sambil berbisik, “sst..jangan keras-keras. Nanti yang lain denger. Iya nih, perutku melilit. Tapi nggak papa kali ya, nggak bunyi ini...”,”kamu sih, makan kebanyakan...jadi gini nih!!”, kata temannya lagi dengan agak jengkel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar